Dewasa ini AIDS (Acquired Immunodieficiency Syndrome ) yang disebabkan oleh human imunodifeciency virus (HIV) merupakan pandemik dii seluruh dunia, terutama dengan terlibatnya negara di dunia yang
melaporkan adanya orang-orang yang terinfeksi HIV. Kemungkinan telah
menyerang lebih dari sepuluh juta pria dan wanita di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia sudah semakin meningkat. Penularan HIV dapat
melalui pasangan seksnya(semen, cairan vagina), melalui darah, (jarum
yang terkontaminasi, transfusi), atau melalui kelahiran (dari seorang
ibu yang terkena infeksi). Di
Amerika Serikat hingga 1,5 juta orang diperkirakan terkena infeksi HIV,
bahkan di Indonesiapun sudah mendekati ke arah angka tersebut.
Orang
yang terkena infesi HIV sering tidak menunjukan gejala-gejala untuk
jangka waktu lama dan tidak menyadari diri sebagai yang terinfeksi atau
sebagai pembawa virus (Carrier ). Sebagian besar orang yang
terkena HIV, maka virus tersebut akan menetap seumur hidup dan
berkembang menjadii AIDS, dengan masa inkubasi kurang lebih 8 tahun.
Beberapa di mulai dengan penyakit retrovirus self limiting tanpa
gejala, kemudian diikuti masa dengan gejala, akhirnya pada tahap akhir
berkembang menjadi AIDS dengan infeksi oprtunistik dan
keganasan-keganasan spesifik sampai dengan kematian.
Penyebaran individu-individu yang terinfeksi HIV diseluruh dunia bebeda-beda, hal ini dipengaruhi lamanya virus itu terjangkit, kebiasaan, adat istiadat, sosial ekonomi, pendidikan dan politik yang ada di suatu negara. Jumlah kasus yang banyak dan
memliki angka infeksi HIV yang tinggi adalah Afrika dan Amerika
Serikat. Umumnya ditemukan pria homoseks dan biseks. Sedangkan pada
negara berkembang seperti Indonesia umumnya karena pelacuran,, rendahnya
penggunaan teknik-teknik pencegahan, penyakit-penyakit kelamin, pecandu
obat bius dengan suntikan intravena, dan persetubuhan melalui anus.
Hampir semua semua penderita yang terinfeksi HIV meninggal dalam waktu
dua tahun setelah dignosa AIDS ditegakkan, namun ada beberapa individu yang dapat bertahan lama dalam
hal ini dipengaruhi oleh usia, suku bangsa, golongan beresiko, lamanya
infeksi HIV, namun yang terpenting adalah karena sikap atau tingkah laku
dengan merubah kebiasaan yang merugikan, melakukan aktivitas seksual
yang terlindung, dan menjauhi penyalahgunaan narkotika
Kaitan kesehatan gigi dan mulut dan infeksi HIV
adalah bahwa pengetahuan mengenai infeksi HIV telah menjadi syarat
penting bagi profesional yang bertanggung jawab terhadap perawatan
kesehatan mulut, peranan tersebut dapat dilihat dari hal sebagai
berikut:
Bahwa individu yang terinfeksi HIV secara aktif berkonsultasi dan
mengusahakan perawatan kesehatan mulut, dan sering kali penderita
/pasien tidak menyadari dirinya dalam keadaan terinfeksi, maka sadar
atau tidak sadar bahw dirinya terkena HIV, namun perawatan harus tetap
diberikan. Hal ini merupakan resiko bagi profesional di bidang kesehatan gigi dan mulut.
Berulang-ulang
keluhan-keluhan didalam rongga mulut merupakan tanda pertama atau
gejala infeksi HIV atau bahkan AIDS. Riwayat penderita, pemeriksaan,
diagnosa banding menjadi acuan penting.
Seringkali
lesi-lesi di dalam rongga mulut yang menyertai HIV cukup mengganggu
kenyamanan, sehingga perlu dirawat, dan tentunya diperlukan tenaga medis
yang terlatih dalam pelayanan perawatan kesehatan gigi dan mulut
Menetap
atau kembalinya penyakit-penyakit didalam rongga mulut menggambarkan
resisitensi terhadap pengobatan dan melanjutnya penyakit secara umum
Penularan
penderita yang berkontak langsung dengan tenaga kesehatan (profesional
kesehatan gigi dan mulut ), petugas dinas kesehatan menimbulkan
kerisauan besar, hal ini memberi pengaruh dan perhatian dinas kesehatan
terhadap teknik pengontrolan infeksi HIV dan penyakit infeksi
oportunistik dan pembiayaan
Yang
harus diingat oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut adalah disamping
penderita HIV juga masih banyak mikroorganisme lain yang mengancam
seperti virus hepatitis B dan virus dari keluarga herpes
Etika
dan prosedur tetap (SOP) dari yang berwenang , kaitannya dalam memberi
pelayanan dan perawatan bagi penderita HIV. Hal ini yang menjadi dasar
penting bagi pencegahan tersebarnya HIV di masyarakat.
Resiko tenaga kesehatan terhadap infeksi HIV dan petunjuk pencegahan
Seorang
tenaga kesehatan harus mengetahui bahwa Virus hepatitis B (HBV) telah
dijadikan standar dalam resiko, karena epidemi penyakit ini telah
dikenal sejak beberapa dekade. HBV beresiko tertular pada
para tugas kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi), dan juga bereperan
karena carrier HBV mewakili golongan yang sama yang rawan terhadap
infeksi HIV.
Virulensi
HBV relatif lebih tinggi dibandingkan HIV, namun demikian HIV
benar-benar 100 persen mematikan dan tidak ada vaksin efektif atau
perawatan yang tepat. Maka disamping beratnya penyakit secara biologis,
terdapat rasa takut yang besar terhadap epidemi HIV yang
mengenai semua tingkat dii masyarakat, yaitu sosial, ekonomi, ilmiah ,
politik dan hukum. Dengan aspek biologis dan ketakutan yang besar
terhadap HIV, dikembangkan pula pedoman dan petunjuk untuk memantapkan
perlindungan yang memadai bagi para petugas kesehatan maupun bagi
masyarakat. Petunjuk ini meliputi berbagaii tehnik pencegahan, anti
infeksi yang tepat, sterilisasi dan pengontrolan terhadap kontaminasi
silang (cross-contamination)
Teknik
pencegahan termasuk penggunaan sarung tangan pada semua kontak dengan
penderita (sarung tangan baru bagi setiap penderita/pasien), pelindung
mata, masker dalam setiap pelayanan, disamping itu sterilisasi panas
dan penggunaan cairan desinfektan yang tepat dapat memberi perlindungan
yang memadai. Ikuti petunjuk pabrik, perhatikan suhu, keawetan, waktu
kadaluarsa terhadap pengadaan dan penggunaan anti infeksi. Pencegahan
kontaminasi silang, mencakup perawatan alat dan peralatan rumah tangga,
menggunakan barang barang disposible, hati-hati dalam pengambilan
radiografi, peraturan pembuangan sampah baik medis dan non medis dan
penanganan cetakan model gigi dengan cermat. Pemakaian larutan
desinfektan sangat penting di lingkungan pelayanan kesehatan. Perhatikan
teknik-teknik pembuanagan jarum, perlindungan terhadap pemakaian
peralatan, cara membersihkan dan bagaimana menangani barang yang
tertumpah harus diatasi dan benar-benar diperhatikan.
Dalam
memberikan pelayanan, catatan riwayat penderita sangat penting dan
diperhatikan. Bila informasi lengkap dan teliti, beberapa penyakit yang
lampau dapat menjadi indikasi dari suatu golongan yang beresiko. Riwayat
penyakit kelamin dan hepatitis memberi gambaran tingkah laku yang
menambah resiko terkena HIV, begitupula pecandu narkotika dan peminum
alkohol harus dicurigai dan diwaspadai.
Petunjuk penting bagi masyarakat
Penting
bagi masyrakat bahwa Gejala umum HIV yang ditemukan dan mungkin
mengindikasikan terserang infeksi HIV termasuk kehilangan berat badan
yang tidak jelas sebabnya, diare, demam dan berkeringat di malam hari,
keluhan pelupa juga harus diperhatikan. Perlu diiingat juga sekitar 40 %
dari semua individu yang terserag HIV melibatkan sistem saraf pusat,
dan merupakan tanda awal dari infeksi HIV. Sering pilek, sakit
tenggorok, malaise dan kelelahan, sariawan yang tidak kunjung sembuh mungkin
juga sebagai suatu indikasi infeksi HIV. Tidak terdapat Bukti bahwa
penularan HIV melalui media lain, selain karena aktivitas seksual,
tranfusi darah, atau kelahiran ibu yang positif terkena HIV.
Gejala HIV dalam rongga mulut
Lesi
di dalam mulut yang berulang-ulang berperan penting sebagaii kepastian
dari tanda / gejala pertama terserang HIV, perkembangan penyakit HIV,
atau penyebab disfungsi dan bahkan menimbulkan rasa sakit dan mengganggu
penampilan. karena itu mengenali, mendiagnosa, dan menanggulangi
penyakit mulut yang menyertai AIDS merupakan komponen yang amat penting
baik pada pelayanann bahkan pendidikan dan riset edpidemi HIV AIDS.
Dengan berkurangnya daya tahan tubuh maka timbul berbagai penyakit dalam rongga mulut dan infeksi oprtunistik baik
karena virus, bakteri dan jamur dan keganasan, lesi auto imune dan
kelainan lain. Keanekaragaman dalam bentuk lesi, frekuensi dan kapan
terjdinya tidak benar-benar diketahui, tetapii yang jelas di dukung oleh
berbagi faktor yang kompleks dan bervariasi, sehingga sebagian besar
dai lesi dalam rongga mulut sangat berkaitan dengan diagnosa infeksi
HIV, prognosa dan mutu kehidupan dari penderita HIV.
Infeksi
jamur di dalam rongga mulut yang sering merupakan pertanda dari infeksi
HIV adalah infeksi jamur candidiasis, karena sering diketemukan sebagai
bagian dari flora mulut pada orang pengidap HIV. Infeksi jamur ini
menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman, halitosis (bau
mulut), sehingga membutuhkan perawatan tertentu. Jamur ini dapat
bertidak sebagai fokus infeksi bagi kolonii jamur di tempat lain seperti lambung dan saluran pernafasan. Sariawan di sudut bibir atau cheilitis angularis sering menyertai infeksi jamur ini.
Infeksi lain yang muncul menyertai penderita HIV yaitu
disebabkan oleh berbagi virus yaitu virus dari keluarga herpes
(simpleks, zoster) . hal lain juga sering terilihat plak putih di mukosa lidah, mukosa bukal, orofaring dan dasar mulut (hairy leukoplakia) .
Infeksi bakteri di dalam rongga mulut juga
memberi pertanda HIV, yaitu lesi pada gusi dan periodontal yang tidak
lazim dengan frekuensi yang besar, dengan gejala klinis sebagai berikut gingivitis
berupa lesi ulkus nekrosis, rasa tidak nyaman dan nyeri, nekrose tulang
alveolar, resesi gusi yang cepat dan progresif , gigi goyang derajat 3
atau lebih , dan oral higiene yang buruk dan gigi geligi yang tidak
terawat akan memperparah keadaan infeksi ini.
Keganasan lain dalam rongga mulut adalah karena penderita HIV biasanya terjadi gangguan kekebalan, sehingga sering ditemukan keganasan yaitu sarkoma kaposi (KS). Bagian tubuh yang sering terkena adalah kulit dan mukosa mulut.
Tanda lain di mulut adalah adanya stomatis apthosa (sariawan)
yang kambuh dan berulang-ulang. Parahnya serangan terlihat sebagai lesi
yang banyak dan besar dan bertahan dalam jangka waktu yang lama dan
menimbulkan rasa sakit, selain itu penderita HIV juga sering mengeluh
mulut kering, karen berkurangnya saliva, hal ini kemungkinan terjadi
inflamasi kalenjer saliva. penagggulangganya adalah dengan sering kumur,
perangsang kalenjer ludah, dan permen karet tanpa gula.
Masih
banyak lesi lain didalam ronga mulut yang menyertai penyakit HIV yang
penyebabnya tidak jelas. karena tes laboratorium dan biopsi tidak
menunjukan klasifikasinya, sehingga perawatan hanya bersifat paliatif,
coba-coba dan secara empiris
Contoh
kasus : seorang pria biseksual berusia 28 tahun datang ke klinik untuk
perawatan gigi rutin. dia mengakui mempunyai gonoore dan hepatitis B.
Pemeriksan klinis menunjukan permukaaan lesi putih pada
mukosa bukal, dan dipastikan ini adalah koloni kandidiasis, lesi putih
pada tepi samping lidah yang dipastikan adalah hairy leukoplakia. Setelah konseling dengan sungguh-sungguh, dan tes serologi menunjukan bahwa penderita mengidap virus HIV
Kesimpulan
Ringkasnya kekhawatiran dalam memberikan pelayanan dan perawatan gigi bagi mereka yang terinfeksi harus diatasi berdasarkan virulensi
penyakit ini yang rendah dan diketahuinya rute cara penularan HIV.
Sebagai tambahan saliva dikenal sebagai karier HIV yang tidak efesien,
baik dalam frekuensi maupun konsentrasi, namun demikian harus waspada
dengan saliva yang terkontaminasi dan darah yang terinfeksi HIV.
Penulisan ini hanya menggambarkan
sedikit tanda atau gejala yang ditemukan didalam rongga mulut bagi
penderita HIV, karena profesional dii bidang kesehatan gigi dan mulut
sering terlibat dalam mendiagnosa dan ikut memikul tanggung jawab
perawatan konseling, dan merujuk dengan tepat. Memahami AIDS dan
gejalanya dalam ronga mulut dan terlibat dalam penanggulangan dapat
merasakan penderitaan mereka yang terkena dan dapat memperbaiki mutu
kehidupan yang ada. Dan pada akhirnya adalah bermuara pada kelangsungan
hidup di masyarakat